Kamis, 09 Juni 2011

Ruang Labil

Aku adalah seorang mahasiswa yang baru duduk di bangku kuliah tingkat 1 semester 2 jurusan FTMIPA prodi pendidikan matematika dikampus yang sedang berkembang (UNINDRA). Semasa awal kuliah, aku sangat bersemangat untuk menjadi mahasiswa terbaik dengan berbagai cara yang aku dapatkan dari satu buku yang sangat menginspirasi. Aku menjadi ketua kelas, datang setengah jam sebelum mata kuliah dimulai, duduk dipaling depan, bertanya minimal satu pertanyaan setiap jam kuliah, mencari informasi tentang organisasi kampus, mengikuti berbagai kegiatan untuk menjadi aktivis kampus, aktif dalam dakwah sekolah dan yang terpenting saat itu adalah aku sangat dekat dengan Allah SWT. Aku merasa bahagia, senang, takut (takut kehilangan saat ini), bersemangat, berambisi, memiliki arah dan tujuan yang jelas. Tak dapat lagi kubayangkan kebahagiaanku saat itu. Hingga di akhir semester 1 aku mendapatkan IPS yang sangat memuaskan 3.55 . dan mulai saat inilah awal dari kehancuranku.

Aku merasa, “Kampus ku ini sangat mudah untuk mendapatkan nilai” dengan tidak menghargai berbagai perjuangan yang telah aku jalani. Kesombongan muncul dalam diriku. Saat ini aku kembali memasuki ruangan yang sulit untuk keluar jika telah memasukinya. Aku kembali memasukinya, aku memulai lagi bermain-main dalam ruangan itu. Ruangan yang menyembunyikan salah dan benar untuk orang yang berada didalamnya. Ruangan untuk orang-orang yang merasa kecewa dari kehidupannya dan untuk orang-orang yang sombong. Aku sebut ruang ini sebagai “Ruang Labil”,, Ya, ruang labil. Disini, diruangan ini aku hanya membuang-buang waktu dan kufur nikmat. Meskipun aku tahu ruangan ini sangatlah buruk untukku, namun aku tetap saja kembali ke Ruangan itu. Karena diruangan ini lepas dari masalah-masalah yang ada, lepas dari kenyataan-kenyataan bahwa aku hidup dikenyataan, bukan diruangan ini yang penuh dengan hal-hal yang menyenangkan. Ketika itu, aku berteriak meminta tolong kepada teman-temanku yang berada diluar Ruangan itu, aku mendengarkan mereka memberi solusi dan aku tahu apa yang harus aku lakukan, namun aku tetap ingin berada didalam sini karena aku berada diruangan ini. Dan akhirnya selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan berbulan-bulan aku berada di ruangan ini. Sampai aku merasa jenuh dengan semuanya. BOSAN dengan semua kebodohanku yang lebih memilih kesenangan semu yang berada diruangan ini. BENCI dengan diriku sendiri yang tak dapat mengendalikan diri dan tak ingin untuk keluar dari ruangan ini. Aku ingin mengakhiri semua ini

DAN AKHIRNYA Hari ini (Selasa), Jam ini (10.17), Detik Ini (27) aku telah berhasil keluar dari ruangan itu. Aku tak mau lagi kembali kesana, karena aku tak ingin lagi mersakan kesenangan semu. Alhamdulillah, Allah telah memberikan rasa benci dan bosan kepada diriku. Tanpa rasa benci dan bosan aku tak mampu keluar dari ruangan ini. Tidak ada satupun hal yang Allah ciptakan yang sia-sia. Subhanallah.

Sekian teman, cerita tentang “Ruang Labil” dari aku, Muhammad Ardiansyah sang pemetiks.
Apakah teman sedang berada diruang Labil / Galau?
Apakah teman juga merasakan benci kepada diri sendiri yang tak mampu mengendalikan diri dan memilih?
Apakah teman juga merasakan bosan yang amat luar biasa dengan kebodohan teman-teman yang memilih kesenangan semu?
Apakah teman ingin mengakhiri semua kebodohan ini?
Silahkan jawab dalam hati semua pertanyaan diatas.
Semoga bermanfaat. ^_^